Sabtu, 05 Mei 2012

Lee.......

Pukul 22.00

Dalam kesendirian, berteman laptop, dan tugas-tugas kantor yang menumpuk.

Play the playlist on.......

Naff, Sheila on 7, Adele, Jessie J, Celine Dion, mengalun tanpa jeda, nyaris tak terdengar, hampir tak digubris. Gadis itu terlalu berkonsentrasi dengan tumpukan tugas. Sendiri. Sebenarnya suara-suara itu hanya untuk memanipulasi kesendiriannya. Lalu.....terdengarlah simfoni teduh itu. Batas Asaku-nya Siti Nurhaliza membuatnya melirik playlist, refleks tangannya menaikkan volume, tugas-tugasnya sejenak terlupakan, berganti mencerna setiap baitnya....

Bila kutercipta dari tulang rusukmu
Mengapa kumampu sempurnakan hidupmu
Bila ku ada karena kau ada
Mengapa kau tak bisa sendiri saja


Seminggu sebelumnya......
Pukul 23.20

Drrttt...drrrttt....
Pesan masuk. Lee, nama yang tertera di layar.
Dahinya mengerut.... Orang aneh itu, yang sejak beberapa bulan lalu pesan-pesannya mewarnai inboxnya. Dia tak ingat pernah kenal dengan nama "Lee", namun, entah apa yang membuatnya selalu meladeni pesan-pesannya. Setelah perbincangan aneh yang menyinggung masalah hati, dia menghilang tanpa penjelasan. Sebenarnya dia tak hendak ambil pusing tapi tak dapat disangkal dia sedikit terusik. Gadis itu menyadari satu hal, orang itu hanya satu dari sekian orang kurang kerjaan yang entah untuk alasan apa mempermainkannya. Dan orang seperti itu, pastilah perlu dibasmi; dimusnahkan. Namun yang terbaca kemudian membuatnya terlibat lebih dalam dengan permainan kata-kata yang disodorkan sosok tak kasat mata itu.

"Ada tanya yg tak perlu dijawab, namun harus dimengerti dengan sendirinya, Queen."
 
Jari-jarinya sibuk mengetik. Sedikit emosi, tuts-tust mungil itu diperlakukan bar-bar.

"Aku tak secerdas itu untuk mengerti sesuatu tanpa penjelasan." Tombol send ditekan cepat, masih dengan kekuatan penuh.

"Queen....ini masalah hati, sulit untuk menjelaskannya. Kau hanya perlu tau, aku tidak main-main."


Reff:
Dalam teguh tak larut belaian
Ranum sahaja bukan hiasan
Untaian cinta gapai genggaman
Yakinkan mimpi dalam iman

Ditengah asyiknya dilenakan simfoni indah itu.......
Drrrrttt....drrrttt....
Pesan masuk. Kembali, nama Lee menghiasi layar cellphonenya.

"Berharap menemukanmu di bilik kelam mimpiku
Puas pun walau hanya mampu menatap siluetmu
Tak bisa ku sentuh sekarang,
Namun, ketika saat itu tiba maka kaulah permaisuriku....
"

Matanya mendelik. "Apa-apaan ini? Maksudnya apa? Maunya nih orang apa sih?". Jarinya kembali sibuk, masih dengan kemarahan yang sama, tuts-tust itu tetap diperlakukan bar-bar.

"Maaf ya, tidak bermaksud kasar, tapi.... Aku tidak mau kau jadikan objek kegilaanmu!" Terkirim.

Diterima. "Jika berharap untuk menghabiskan sisa hidupku kelak hanya denganmu adalah sebuah kegilaan, maka aku rela menyandang predikat gila itu."

"GILA!!!!!!!." Terkirim.

Batasku sadari raut kodratku
Asaku menari terbalut sorbanmu
Lembutnya jiwa sambut nestapa
Terngiang syahdu iman di dada

Setahun sebelumnya.....

Malam terlihat kesepian, tanpa cahaya bulan dan bintang...... Di beranda rumahnya, gadis itu tak sendirian, sahabat tercintanya, Malika, si sweety, yang pusing sendiri melihat kesendirian sahabatnya itu di usianya yang dua bulan lagi memasuki 28 tahun sedang memberikan penawaran untuknya.

"Mau cari yang bagaimana?! Aku punya banyak stock. Yang cuakep ada, yang berondong ada, nah ini yang biasanya paling laku, tajir and sudah punya jabatan. Tinggal pilih, nanti aku kenalin"

"Tak ada kriteria. Ketika dua hati bilang cocok, maka merekalah yang kan menemukan jalannya sendiri. Akan ada waktunya."

"Ayolah.....aku dah capek-capek nyariin kandidat yang sekiranya bakal kamu suka, liat dulu deh....nih...apalagi yg dah mapan ini nih" Senyum manis sosok asing terpatri di selembar foto yang disodorkan Malika padanya.

"Bukan kemapanannya yang menjadi prioritas, sweety...." Gadis itu hanya meliriknya sebentar, tampak tak berminat. Tangannya masih betah menyilang di depan dada bahkan merapatkannya demi mencegah dinginnya malam merasuk lebih dalam dan membenarkan kekhawatiran Malika bahwa dia memang kesepian.

"OK, kalau mau yang masih dimodalin juga banyak, tapi jangan panggil aku sahabatmu kalau aku rela menyerahkan mu pada orang seperti itu. Kamu tuh di umur segini cocoknya sama yang mapan". Gadis berambut lurus sebahu itu tak mau menyerah melakukan penawaran. Dikeluarkannya semua stock yang dimilikinya. Beberapa foto berada dalam genggamannya.

"Mapan?! Tak perlu, yang penting bisa jadi imam. Sweety, kamu nd' ngerti. Kalau hati yang telah memilih, sulit untuk menolak. Mau mapan atau masih dimodalin sekalipun, ketika aku bilang ya, asalkan dia menjanjikan untuk mengimamiku, di saat itulah aku harus menerimanya apa adanya."

"Melow banget sih....nd' seru! Huh......"

"Seru lagi..... Justru di situ seninya, nyari orang yang bersedia mengimami sekarang susah loh...."

"Ah....whatever lah....". Malika sedikit kesal mendengar penolakan-penolakan sahabatnya itu. Baru diketahuinya bahwa menjadi Mak Comblang tak semudah perkiraannya. Bukan tanpa alasan Malika begitu gencar mencari pasangan untuk sahabatnya itu. Yang diketahuinya, gadis itu terlalu menutup diri, mempunyai banyak teman namun sahabat tempatnya berbagi hanyalah dirinya. Sementara tiga bulan lagi dia akan menjadi sorang istri, yang artinya, takkan punya waktu sebanyak ini lagi untuk sahabatnya. Dan karena dia begitu menyayangi sahabatnya itu, dia tak kan tega meninggalkannya sendirian. Inilah usaha terakhirnya, namun tampaknya usahanya ini pun menemui jalan buntu.


Bila cerita tak lagi ceria
Mahligai cinta merona terlena
Senada iman kusimpan derita
Kuatkan hati bersimpuh pada-Nya...


Sebulan kemudian......
Pukul 22.00
Kembali menikmati kesendirian....
Drrrttt....drrrttt.... Pesan masuk. Lagi, Lee.

Queen....ketika kau ragu padaku.... maka lihatlah sunset.....
Yang setiap senja kembali, memberikan kesempatan pada malam untuk bertahta,
Esoknya, dia pasti datang lagi, tak pernah ingkar janji....

Haruskah aku percaya sementara aku tak mengenalmu?! Tombol send telah ditekan. Terkirim.

Diterima. Kau dan aku bisa sama-sama belajar untuk saling mengenal ketika kau telah ku syahkan menjadi permaisuriku. Untuk saat ini cukuplah kau tau saja bahwa aku ada.

Lalu?!

Aku belum bisa datang padamu sekarang.... Untuk menjadikan mu permaisuri, maka aku harus terlebih dahulu menjadikan diriku seorang raja. Dan jikalau seandainya, jawabanmu adalah "ya", akan berlipat gandalah motivasi ku. Maka akan kutanyakan sekarang. Maukah kau menjadi permaisuriku?!

Gadis itu terdiam. Terasa ada yang menggelitik perutnya. Bisakah dia percaya?! Dia belum bisa menjawab. Ada takut yang teraba, samar, namun begitu mengganggu. Hanya saja tak bisa dipungkiri, sudut hatinya yang lain ingin mencoba.


Esok harinya....
Pukul 00.20, setelah bertanya pada Rabbnya, dalam khusyu' tahajuddnya... Seulas senyum mampir di kedua sudut bibirnya. Indah. Masih dengan senyum itu, yang setia mengawal imaginya, dia mengambil cellphonenya, mengetik beberapa kata. Bismillah...........

Dikirim. Aku akan menunggu.

Diterima. Terima kasih, Queen.

Setahun setelahnya....

Drrrttt....drrrttt.... Pesan masuk. Lee.

Queen, maaf telah membuatmu menunggu....
Seperti janji ku, aku akan datang saat aku telah menjadi raja.
Setidaknya menjadi raja bagi keluargaku
Maka, tunggulah aku di pintu rumahmu.
Jangan kecewa ketika aku tak seningrat para Sulthan,
Jangan mundur walau aku tak segagah pendekar jawara
Karena akan kutanyakan sekali lagi.....
Nadya Syafira Maharani, maukah kau menjadi istri ku?!
                                              Dzikrullah Aliansyah (Lee)

Mata gadis itu menghangat oleh genangan air yang muncul malu-malu, menggenang di kedua sudutnya, sampai akhirnya tak terbendung.  Dia menangis, bukan karena sedih. Dzikrullah Aliansyah. Kak Lian. Sosok yang sudah sejak dulu dikaguminya, Kakak sahabatnya, sewaktu SMA, Azka, yang telah bertahun-tahun kehilangan kontak dengannya sejak kepindahannya dari kota kelahirannya. Lalu bagaimana semua ini bisa berjalan seperti ini?!

Ada tanya yg tak perlu dijawab..... Queen.

Diketiknya sebuah balasan. "Bismillah....ya, aku mau, Kak..."




Allahu Akbar..... Pada waktunya, akan selalu ada cerita bahagia.
(Untuk mu yang masih menunggu, percayalah...... cerita mu akan indah pada waktunya) ^_^